Haji Mabrur Adalah?

 

Haji Mabrur adalah cita cita bagi seorang muslim yang telah menunaikan ibadah haji. Haji sendiri merupakan kewajiban orang Islam yang mampu.

Setiap muslim pasti memiliki cita-cita untuk menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Mekkah.

Cita-cita menunaikan haji tidak semata-mata didorong oleh keinginan untuk menunaikan ibadah di depan Ka’bah secara langsung. Lebih dari itu, setiap muslim yang berangkat haji reguler atau haji plus berharap dapat mencapai haji yang mabrur. Apa sebenarnya arti haji mabrur? Yuk, kita coba pahami bersama.

Pengertian Haji Mabrur

Rasulullah SAW menjelaskan, Allah SWT telah menjanjikan pahala yang nyata bagi yang mendapatkan mabrur, yaitu surga yang kekal sebagaimana tercantum pada  HR Bukhari dan Muslim.

Haji Mabrur berasal dari bahasa Arab.

Mabrur berasal dari bahasa arab yaitu “barra-yaburru-barran” yang artinya patuh dan berbakti. Dalam kamus Al Munawwir Arab-Indonesia, haji Mabrur adalah haji yang diterima oleh Allah SWT.

Para ulama memiliki beberapa pendapat tentang pengertian mabrur. Sebagian ulama menganggap haji mabrur adalah pahala yang diterima oleh Allah SWT. Imam Nawawi dalam syarah Muslim menjelaskan bahwa haji mabrur tidak dicampur dengan kemaksiatan atau dosa karena pahalanya adalah surga Allah.

Imam Nawari juga menjelaskan bahwa haji mabrur juga diartikan sebagai haji yang tidak tercemar dosa, atau haji yang diridhoi Allah dan tidak ada kesombongan di dalamnya. Selain itu, haji mabrur dapat merujuk pada keadaan tanpa dosa yang diambil dari akar kata al-birr, yang berarti kebaikan atau ketaatan.

Sementara itu, menurut ahli tafsir Al-Qur’an Profesor Quraish Shihab, definisi haji mabrur tidak hanya berlaku mengenai pelaksanaan haji. Namun, makna mabrur adalah ketika haji telah kembali dari Tanah Suci dan dia masih menepati janji yang dia buat selama di Mekah untuk menjadi orang yang lebih baik. Hal itu sesuai dengan asal kata dasar, yaitu barra yaburru.

Haji mabrur adalah haji yang maqbul atau diterima dan diberi pahala berupa al-birr yang artinya kebaikan atau pahala. Menurut Jalaluddin as-Suyuthi dalam kitab Syarhus Suyuthi li Sunan an-Nasa’i, salah satu bukti seseorang telah berhasil mencapai haji yang mabrur adalah ketika ia kembali menjadi lebih baik dari sebelumnya dan terus berusaha untuk mengurangi perbuatan maksiat. .

Bagaimana kita bisa mencapai haji yang mabrur?

Pertama, luruskan niat beribadah. Melaksanakan ibadah haji sebagai bentuk ketaatan terhadap perintah agama dan menunaikan Rukun Islam yang kelima. Dengan meluruskan niat, Anda bisa menjaga kemurnian tujuan haji. Jauhkan pikiran Anda dari keinginan untuk meningkatkan status sosial Anda atau hanya untuk memamerkan kesalehan Anda.

Kedua, memahami filosofi di balik rukun haji dan haji wajib. Selain itu, kuasai bacaan doa dalam tahapan haji. Hal ini dapat membantu Anda lebih khusyuk saat beribadah di Tanah Suci.

Ketiga, fokus pada hal-hal yang substantif selama haji. Selama berada di Tanah Suci, fokuskan pikiran dan tenaga untuk menunaikan rukun haji dan haji wajib secara khusyuk. Ada 6 rukun haji, yaitu ihram (niat), wukuf di Arafah, tawaf ifadah, sa’i, mencukur (tahallul) dan tertib. Jika salah satunya tidak dilakukan, maka hajinya batal.

Selain itu, ada juga 6 ibadah haji yang wajib, yaitu ihram haji dari mīqāt, mabit di Muzdalifah, mabit di Mina, melempar jumrah, menghindari perbuatan terlarang dalam keadaan ihram, dan tawaf wada’ bagi yang akan meninggalkan Mekah. Di Tanah Suci Anda mungkin menghadapi banyak cobaan. Usahakan untuk selalu tenang dan berkepala dingin agar bisa fokus pada hal yang utama yaitu rukun dan haji yang wajib.